Doa Cepat dan Mudah Faham Ilmu

Setiap orang tua yang ingin anaknya menjadi cepat dan mudah mencerna, mengerti, dan memahami suatu ilmu hendaknya biasakan memanjatkan Do ini. Doa ini adalah doa Nabi Muhammad SAW kepada Ibnu Abbas.

 


 

Jika Anda sendiri yang mendoakan untuk diri anda sendiri, maka redaksinya bisa diganti seperti lafaz berikut:

“Allahumma faqqihni fid din wa ‘allimni at-ta’wiil”.

Artinya : Ya Allah anugerahi aku pengetahuan dalam agama dan ajari aku cara memahaminya.

 

Menurut Ustad Adi Hidayat, dengan membiasakan  doa ini sebelum belajar, dan ilmu yang dipelajari pun tak akan cepat hilang.

Zikir Agar Mendapat Khusnul Khotimah dan Jasad Tidak Hancur

 


لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ ٱللَّٰهِ ، فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ اللّٰهِ

“La ilaha illallahu Muhammadur Rasulullahi Fi Kulli Lamhatin Wa Nafasin ‘Adada Ma Wasi‘ahu ‘ilmullah.”

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah, pada setiap pandangan dan nafas, sebanyak bilangan yang diliputi oleh ilmu Allah.”

Telah ditulis oleh Syekh Ahmad ibn Idris di dalam sepucuk surat beliau :

“Sesungguhnya, kami telah mengambil tarekat ini dari guru kami Abdul Wahab, dan beliau telah mengambil dari Nabi Muhammad Saw. Dan aku pernah mendengar dia berkata.”

Aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda :
“Tiada aku melihat yang lebih bermanfaat dari pada La ilaha illallahu Muhammadur Rasulullahi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.”

Tetapi Syekh Ahmad ibn Idris telah mendapat keistimewaan berupa pengajaran dari Rasulullah Saw agar menambahkannya dengan, “Fi Kulli Lamhatin Wa Nafasin ‘Adada Ma Wasi‘ahu ‘ilmullah.”

Ini menyebabkan zikir itu berlipat ganda nilainya.

Telah bercerita Syekh Ahmad ibn Idris, Pada suatu ketika, telah bersabda Rasulullah Saw :

“La ilaha illallahu Muhammadur Rasulullahi Fi Kulli Lamhatin Wa Nafasin ‘Adada Ma Wasi‘ahu ‘ilmullah.”

Telah aku simpan (yakni at-Tahlil al-Makhsus / az Zikr al-Makhsus) untukmu wahai Ahmad. Engkau tiada didahului oleh siapapun kepadanya.

Maka ajarkanlah ia kepada para sahabatmu supaya mreka dapat berlomba-lomba dengan orang-orang yang terdahulu (Al-Awa’il).”

Syekh Ahmad ibn Idris Ra. berkata :

Andai kata ada orang yang mengucapkan, “La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah” dari masa Sayyidina Adam As hingga masa ditiupkan Sangka Kala, tapi ada seseorang yang membaca zikir Fii Kulli Lamhatin satu kali saja, niscaya pahalanya melebihi pembacaan yang sebelumnya itu.

Abuya Al Maliki memberitahukan hikmah kalimat ini jika dibaca setelah sholat fardhu 4 (empat) kali saja, maka insyaAllah bagi yang membaca mendapat khusnul khotimah dan jasadnya tidak akan hancur didalam kubur.

Wallahu a’lam

Amalan Nabiyullah Khadhir As Dari Baginda Nabi Muhammad Saw


Hendaknya Anda membaca sebelum terbitnya matahari (sebelum cahayanya menyinari bumi) dan sebelum terbenamnya matahari membaca: Surat al-Fatihah 7 kali, Ayat al-Kursi 7 kali, Surat al-Kafirun 7 kali, Surat A-Ikhlas 7 kali, Surat al-falaq 7 kali, Surat an-Nas 7 kali, “Subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahu akbar walaa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim” 7 kali, “Rabbighfirli waliwalidayya walil mu’minina walmuknati walillmuslimina wallmulimatil ahya minhum wal amwati” 7 kali dan “Allahummafal bii wabihim ‘ajilan dan ajilan fi dunya alakhirati maa anta lahu ahlun walaa taf’al binaa yaa Mawlanaa maa nahnu lahu ahlun innaka ghafurun haliim jawwadun karimun rau’fun rahimun” 7 kali.

Wirid di atas disebut al-Musab’atu al-‘Asyra (tujuh kali dalam sepuluh bacaan). Sebuah wirid yang diamalkan Nabiyullah Khidhir as pemberian Rusulullah ﷺ yang dikutib Hujjatu al-Islam al-Imam al-Ghazali dari Karaz bin Wabrah ra [¹] seorang wali Abdal dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.

Wirid tersebut bermula dari kisah Karaz bin Wabrah ra saat kedatangan teman karibnya yang berasal dari Negara Syam dan memberikan hadiyah sebuah wirid:

“Wahai Karaz! Terimalah hadiyah ini dariku, ini adalah paling istimiwanya hadiyah yang aku berikan padamu”. Ujar Sang Teman.

Karaz bin Wabrah ra bertanya: “Wahai Saudaraku! Dari siapa kau mendapat hadiyah ini?

“Aku diberi Ibrahim at-Taimiy [²]”. Jawab Sang Teman.

Karaz bin Wabrah ra bertanya lagi: “Apakah kau tidak bertanya dari mana Ibrahim at-Taimiy memperoleh wirid ini?”.

“Ibrahim at-Taimiy ra berkata: “Pada suatu hari aku duduk halaman Ka’bah sedang membaca Tahlil, Tasbih, Tahmid dan Tamjid (kalimat pengagungan pada Allah ﷻ) lalu datanglah seorang laki-laki menghampiriku, mengucapkan salam dan duduk sampang kananku. Laki-laki itu sungguh menakjubkan dan mempesona yang tidak dipernah aku jumpai ketampan wajahnya, keindahan pakiannya, putih kulitnya dan keharuman aroma tubuhnya di zamanku. Kemudian aku bertanya: “Wahai Hamba Allah! Siapah Tuan dan dari mana Tuan berasal?”. “Aku adalah Al-Khadhir”. Jawabnya singkat. Lalu aku bertanya lagi: “Apa tujuan Kisanak mendatangiku?”. “Aku datang menemuimu untuk mengucapkan salam, mencintaimu karena Allah ﷻ dan aku mempunyai hadiyah yang akan aku berikan kepadamu”. Aku bertanya kepadanya: “Hadiyah apa itu?”. “Bacalah! Surat al-Fatihah 7 kali, Ayat al-Kursi 7 kali, Surat al-Kafirun 7 kali, Surat A-Ikhlas 7 kali, Surat al-falaq 7 kali, Surat an-Nas 7 kali dst (Lihat: wirid selengkapnya) sebelum terbitnya matahari (sebelum cahayanya menyinari bumi) dan sebelum terbenamnya matahari. Perhatikanlah! Jangan Anda membacanya di waktu telah pagi dan sore”. Tutur al-Khadhir as.

Kemudian aku bertanya: “Alangkah senang saya bila Tuan sudi memberi tahukan siapa yang telah memberikan hadiyah istimiwa ini pada pada Tuan?”. “Aku beri Muhammad ﷺ”. Jawab al-Khadhir as.

“Pahala apa yang akan didapat bagi orang yang mau mengamalkan wirid ini?” Tanyaku sekali lagi. Al-Khadhir menjawab: “Bila Anda kelak bertemu Muhammad ﷺ, tanyakan sendiri pada-Nya. Apa pahala yang terkandung dalam membaca wirid itu? Dia tentu akan berkenan menjelaskan pahala dari wirid itu”.

Setelah itu Ibrahim at-Taimiy melanjukan kisahnya: “Pada suatu hari aku bermimpi, seolah-olah ada para malaikat membawanya terbang hingga ke surga. Sesampai di surga aku melihat semua isi surga yang indah dan menakjubkan yang tidak pernah aku saksikan sebelumnya di belahan dunia manapun. Lalu aku memakan buah-buahan di surga dan para malaikat menyuguhkan minuman padaku kenudian aku bertanya pada malaikat di sana: “Untuk siapakah ini?” Malaikat itu menjawab: “Untuk orang yang mengamalkan wirid, seperti wirid yang kau amalkan!”.

Tidak lama kemudian Nabi Muhammad ﷺ mendatangiku bersama rombongan 70 para Nabi dan 70 barisan para malaikat, setiap satu barisnya sepanjang jarak tempuh arah timur dan barat. Lalu Nabi ﷺ mengucapkan salam dan mengambil tanganku, aku pun menjawab salam dan mengatakan pada-Nya: “Wahai Rasulullah! Al-Khadhir as pernah mengatakan padaku bahwa dia memperoleh hadist ini dari-Mu”.

Rasulullah ﷺ menjawab: “Khidhir benar!, Khidhir benar! Dan setiap apa yang diceriterakannya pasti benar. Dia adalah orang yang paling berilmu di penduduk bumi, pimpinanya Wali al-Abdal dan dia di antara tentera-tentara Allah ﷻ dibumi”.

Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah ﷺ! Barangsiapa mengerjakan wirid ini atau mengamalkannya dan dia tidak bermimpi seperti mimpiku bersama-Mu saat ini, adakah dia juga diberikan sesuatu yang sama seperti yang diberikan kepadaku?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Demi Dzat yang mengutusku sebagai Nabi dengan hak! Sesungguhnya orang yang mengamalkan wirid ini akan diberikan semua itu, walaupun dia tidak pernah bermimpi, berjumpa denganku dan melihat surga. Sesungguh Allah ﷻ akan mengampuni segala dosa besar yang pernah diperbuatnya, menghilangkan kemarahan dan kutukan Allah ﷻ padanya, memerintahkan pada Shahibu asy-Syimal (malaikat bertugas menjaga sebelah kiri) agar tidak menulis satu pun kesalahannya dari perbuatan-perbuatan jeleknya sampai setahun lamanya. Demi Dzat yang mengutusku sebagai Nabi dengan hak! Tidaklah seseorang mengamalkan wirid ini, kecuali Allah ﷻ akan menjadinya orang yang beruntung dan tidaklah seseorang meninggalkan amalan ini kecuali Allah ﷻ akan menjadinya orang yang celaka!”.

Al-Imam al-Ghazali menambahkan: Seteleh kejadian mimpi itu Ibrahim at-Taimiy tidak pernah lagi makan dan minum selama empat bulan.

Sumber tulisan : https://asscholmedia.net

Doa Minta Akhlak Mulia

 Pertama



“Allaahumma ahsanta kholqii fa-ahsin khuluqii.”

“Ya Allah, Engkau telah memperbagus penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.” (H.R. Ahmad no.3823 dan dishahihkan oleh Al-Albani.)

Kedua

اَللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

“Allaahummahdinii li-ahsanil akhlaaq, laa yahdii li-ahsanihaa illaa anta, wash-rif ‘annii sayyi-ahaa, laa yash-rifu ‘annii sayyi-ahaa illaa anta.”

“Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepadanya kecuali Engkau. Dan palingkanlah dariku kejelekan akhlak, tidak ada yang dapat memalingkannya dariku kecuali Engkau.” (H.R. Muslim no. 771)

Ketiga

اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

“Allaahummahdinii li-ahsanil a’maal, wa ahsanil akhlaaq, laa yahdii li-ahsanihaa illaa anta, wa qinii sayyi-al a’maal, wa sayyi-al akhlaaq, laa yaqii sayyi-ahaa illaa anta.”

“Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku untuk berbuat sebaik-baik amalan, sebaik-baik akhlak, tidak ada yang bisa menunjuki untuk berbuat sebaik-baiknya kecuali Engkau. Dan lindungi kami dari jeleknya amalan dan jeleknya akhlak, dan tidak ada yang melindungi dari kejelekannya kecuali Engkau.” (H.R. Nasa’i no. 896 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Keempat

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ وَاْلأَدْوَاءِ

“Allaahumma innii a’uudzu bika min munkarootil akhlaaq wal a’maal wal ahwaa’ wal adwaa’.”

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran akhlak, amal, hawa nafsu dan penyakit.” (H.R. Tirmidzi no. 3591 dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ no. 1298)

Dikutip dari: https://bekalislam.firanda.com

Keutamaan Kalimat Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billah


1. Bekal di Surga

Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada ‘Abdullah bin Qois, “Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga” (HR. Bukhari no. 7386). Dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan dzikir yang penuh kebaikan hingga nantinya bisa menjadi jalan untuk mendapat hal berharga di surga sebab itulah pengaruh dzikir terhadap jiwa.

2. Meningkatkan Rasa Taat

Ibnu Mas’ud berkata,“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan memberikan rasa taat yang lebih sebab menyadari secara langsung pertolongan dan perlindungan dari Allah sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya.

3. Akhlak Mulia

Dari Abi Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam syurga?”, Maka aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”. Maka beliau menjawab: “Ucapkanlah Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah” Jelas bahwa dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan akhlak mulia yang sering dilakukan orang sholeh yang memahami alasan pentingnya akhlak mulia menurut islam.

4. Melindungi dari Bahaya

Suatu ketika di jaman dulu dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah memberikan pertolongan untuk lepas dari bahaya sebab termasuk keutamaan berdzikir kepada Allah, yaitu Suatu ketika Al Asyja’i melaporkan kepada Rasulullah saw bahwa anaknya yang bernama Auf telah ditawan oleh musuh. Maka Rasulullah berpesan kepadanya agar Al Asyja’i mengutus seseorang untuk menemui anaknya dan menyampaikan agar Auf memperbanyak membaca “La Haula wa La Quwwata Illa Billah”.

5. Memberikan Kekuatan

Dan dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah terbukti memberikan kekuatan dan keberhasilan sebagai cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an, Maka setelah hal tersebut disampaikan dan Auf memperbanyak membaca “Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah” terjadilah bermacam keajaiban. Betapa tidak, tali kulit yang mengikat tangan Auf tiba-tiba terlepas maka Auf pun kabur dengan menunggang onta milik musuh.

6. Jalan Keluar Segala Kesusahan

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar,” ( Terjemah QS. Ath-Thalaq(65):2). Memang dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah ialah jalan keluar atas segala permasalahan dan memberikan pertolongan atas segala kesusahan atau kesulitan yang sedang dihadapi.

7. Sunnah Rasulullah

Rasulullah saw bersabda: “ Perbanyaklah membaca ‘La Haula wa La Quwwata Illa Billah’, karena sesungguhnya ia merupakan perbendaharaan dari perbendaharaan-perbendaharaan Surga. (HR.Ahmad). Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab menjadi sesuatu yang disukai Allah dan memiliki banyak kebaikan.

8. Penawar Segala Penyakit

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani). Segala penyakit hati dan kesedihan serta kesusahan akan hilang jika sering mengamalkan dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab merupakan ungkapan doa dan berserah dri pada Allah.

9. Mengalahkah Musuh Allah

Jaman dahulu juga ada suatu kisah tentang seseorang yang bisa mengalahkan musuh Allah ketika berperang dengan berusaha sebaik mungkin dan memperbanyak membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah, Hubaib bin Salamah rahimmullah saat menghadapi musuh atau mengepung sebuah benteng sangat senang memperbanyakkan ucapan “ Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah “.

10. Memudahkan Pekerjaan

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan “ Kalimat Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah” mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan saat menanggung beban pekerjaan yang sulit dan keras, atau saat menghadap kepada raja dan orang yang ditakutkan, selain pengaruhnya yang efektif untuk menolak kemiskinan. Berusaha sebaik mungkin dan banyak membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan membantu memberikan keberhasilan pada setiap usaha yang dilakukan.

11. Jauh dari Petaka

Makhul rahimahullah berkata: “ Barangsiapa yang yang mengatakan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka akan lenyap dari dirinya tujuh puluh pintu petaka, yang paling rendah adalah bencana kemiskinan”. Dengan membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah secara rutin akan melindungi dari segala bahaya dan dari segala malapetaka yang merugikan baik di dunia maupun di akherat.

12. Kalimat yang Disukai Allah

Nabi saw yang mulia bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah kalimat yang berasal dari bawah ‘Arsy dari pusaka surga? Katakanlah olehmu: Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah”, niscaya Allah akan mengatakan, ‘hambaKu telah menyerahkan dirinya dan meminta perlindungan.”(HR Al-Hakim dari Abu Hurairah r.a).

Allah menyukai hambaNya yang banyak menyebut dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab menjadi wujud bahwa hamba tersebut mengakui kekuatan Allah dan berserah diri pada Allah dengan tetap berusaha serta melakukan yang terbaik yang ia mampu sehingga Allah selalu menolongnya dan memberi jalan keluar di tiap kesulitan yang dihadapi.

13. Jauh dari Laknat Allah

“Perbanyaklah Al-Baaqiyaat Al-Shaalihaat, yaitu tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan laa haula wa laa quwwata illa billah.”(HR Ahmad, Ibn Hibban dan Al-Hakim dari Abu Sa’id r.a). Tentunya dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah yang merupakan salah satu dzikir terbaik akan emnjauhkan dari laknat Allah sebab memilikki pahala dan nilai yang begitu tinggi di mata Allah.

14. Berserah Kepada Allah

Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah kalimat yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahwa kita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah subhnahu wa ta’ala juga.”

Manusia memang hanya bisa berusaha dan hasil wajib diserahkan sepenuhnya kepada Allah sehingga buan hanya membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah dan segala sesuatu akan datang sendiri namun jga harus disertai usaha maksimal sehingga apa yang diusahakan berhasil dan benar benar memberikan keberkahan untuk hidup di dunia dan di akherat.

15. Jauh dari Penyakit Hati

“La haula wa la quwwata illa billah”. Secara lengkap kita juga dapat menambahkan lafaz ” alliyil adzim” yang berarti ” Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung” di belakangnya. Boleh menambah pujian lain dalam dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab akan menjauhkan diri dari rasa sombong dan menjauhkand dari segala penyakit hati yang berbahaya.

16. Mententramkan Hati

“La Haula wala Quwwata illa billah” berulang-ulang kali, menyerahkan segenap hatinya kepada Sang Khalik, insya Allah jiwanya akan tenang, tenteram, dan segala urusan kembali kepada Allah Ta’ala. Tentuya semua dzikir termasuk dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan memberikan ketenangan hati sehingga ia jauh dari hati yang gundah atau sesat.

17. Dekat dengan Allah

Ada banyak kisah mengenai dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah yang memberikan pertolongan untuk para nabi dan rasul terdahulu sebab dzikir tersebut akan mendekatkan seseorang kepada Allah sehingga dengan ijin Allah kesulitan apapun yang dihadapi dapat dijalani dan dilewati dengan indah dan penuh keberhasilan.

Pertolongan Allah swt bukan hanya hak monopoli para nabi. Seperti ketika nabi Ibrahim as yang tetap bugar meski dibakar api oleh raja Namrud atau nabi Musa as yang dikejar musuh dan tersudut di tepi laut hingga Allah swt memberikan pertolongan-Nya dengan terbelahnya laut. Ataupun nabi Yunus as yang dalam keadaan putus asa terbuang dari kapal kemudian dimakan seekor ikan hiu tapi bisa tetap hidup.

Juga ketika Rasulullah saw dikejar musuh hingga mulut gua bersama sahabat Abu Bakar as-Siddiq, tetapi musuh  tidak dapat melihatnya. Pertolongan Allah swt yang semacam itu juga diperuntukkan kaum Muslimin melalui Hawqallah yaitu lafaz “La haula wa la quwwata illa billah”.

Sumber: https://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/keutamaan-laa-hawla-wa-laa-quwwata-illa-billah

 


Doa Ketika Kehilangan Barang atau Harta


Terdapat riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dimana beliau mengajarkan doa ketika kehilangan barang. Dari Umar bin Katsir, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau menjelaskan amalan ketika kehilangan barang,

”Dia berwudhu, kemudian shalat 2 rakaat, setelah salam lalu mengucapkan syahadat, kemudian berdoa,

Allahumma ya jami‘an nasi li yaumin la raiba fihi, ijma’ baiia wa baina dlallati fi khairin wa ‘afiyah.

Ya Allah, Dzat yang melimpahkan hidayah bagi orang yang sesat, yang mengembalikan barang yang hilang. Kembalikanlah barangku yang hilang dengan kuasa dan kekuasaan-Mu. Sesungguhnya barang itu adalah bagian dari anugrah dan pemberian-Mu’.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf no. 29720, al-Baihaqi dalam ad-Da’awat al-Kabir (2/54). Baihaqi mengatakan bahwa ini adalah hadits mauquf (perkataan shahabat) dan hadits ini statusnya adalah hasan”

Demikian pula dinyatakan oleh Abdurrahman bin Hasan, bahwa perawi untuk riwayat Baihaqi adalah perawi yang tsiqqah (terpercaya). (Tahqiq al-Wabil as-Shayib, Abdurrahman bin Hasan dibawah bimbingan Dr. Bakr Abu Zaid)
Allahu a’lam


Zikir Pagi Sore Agar Terhindar Dari Marabahaya Termasuk Virus Corona


Dari Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba membaca di pagi dan sore hari:



Bismillahilladzii laayadhurruma’asmihi syaiummfirardhi walaa fissamai wahuwassami’ul’aliim

 “Dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” sebanyak tiga kali (melainkan) tidak ada sesuatu yang membahayakannya.” (HR. Abu Dawud & Al-Tirmidzi, lafadz milik al-Tirmidzi)

Imam al-Tirmidzi menilainya sebagai hadits Shahih gharib. Dishahihkan Ibnul Qayim di Zaad al-Ma’ad (2/338) dan dishahihkan Al-Albani di Shahih Abu Dawud.

Diriwayatkan dari Aban bin Utsman, dari Utsman bin Affan ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang membaca,

 “Dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” sebanyak tiga kali, ia tidak akan tertimpa musibah yang datang secara tiba-tiba hingga pagi hari. Dan siapa membacanya 3 kali di waktu pagi, ia tidak akan tertimpa musibah yang datang secara tiba-tiba sampai sore hari.” (Sunan Abu Dawud).

Aban bin Utsman (perawi hadits) mengaku pernah tertimpa penyakit lumpuh sehingga orang yang pernah mendengar hadits ini darinya melihat dirinya. Kemudian Aban bertanya kepadanya, “Kenapa engkau melihat kepadaku?! Demi Allah, aku tidak berbohong atas nama Utsman dan Utsman tidak berbohong atas nama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Tetapi, hari ini yang aku tertimpa musibah ini, aku sedang marah sampai lupa membaca apa yang harus aku baca.”

Kapan dan Berapa Kali Membacanya?
Dari keterangan hadits di atas, dzikir ini dibaca pada pagi dan sore hari sebanyak tiga kali. Ini termasuk bagian dari bacaan dzikir di pagi dan sore hari.

Khasiat Dzikir
Dr. Abdurrazaq Al-Badr berkata, “Ini termasuk salah satu dzikir agung yang hendaknya seorang muslim menjaganya setiap pagi dan sore hari, agar dirinya terjaga dari bala’ (bencana) yang datang tiba-tiba atau terjaga dari tertimpa musibah, atau semisalnya karena sebab doa itu.”

Imam al-Qurtubi Rahimahullah berkata tentang hadits ini,
“Ini adalah kabar yang shahih dan perkataan yang benar. Kami sudah mengetahui dalilnya dan membuktikannya. Sejak mendengarnya, sungguh aku selalu mengamalkannya sehingga aku tidak pernah tertimpa mara bahaya sehingga aku meninggalkannya lalu aku disengat kala jengking di Madinah pada satu malam. Kemudian aku merenung, ternyata aku lupa berlindung (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat terebut.” (Lihat: Al-Futuhaat al-Rabbaniyah, Ibnu ‘Alan: 3/100)