Tiga bacaan berikut bisa mmenjadikan diri kita terhindar dari api neraka.
http://sitisifir10.files.wordpress.com/ |
“ALLAHUMMA ANTA RABBI, LAA
ILAAHA ILLA ANTA KHOLAQTANI WA ANA ‘ABDUKA, WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WAWA’DIKA
MASTATHO’TU, A’UDZUBIKA MIN SYARRI MAA SONA’TU , ABU U LAKA BINI’MATIKA
‘ALAYYA, WA ABU-U BIDZAN BII FAGHFIRLII FAI-NAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA
ANTA”.
Terjemahan:
Ya Allah, Engkau adalah Rabbku,
Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Yang telah menciptakan daku,
dan daku adalah hambaMu, dalam ikatan perjanjian dengan Mu.
Dan daku berlindung kepada Mu dari kejahatan diriku.
Dan daku akui nikmat Mu ke atas ku.
Dan daku akui dosa-dosaku pada Mu, dan memohon ampun pada Mu.
Tidak ada yang dapat mengampuni (dosa-dosa) ku melainkan Engkau
Rasulullah saw telah bersabda: "Barangsiapa yang membaca istighfar ini dengan penuh yakin pada siang hari dan mati sebelum malam, dia adalah ahli jannah. Dan siapa membaca dengan penuh yakin pada malam hari dan mati sebelum siang, juga adalah ahli jannah"
Ya Allah, Engkau adalah Rabbku,
Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Yang telah menciptakan daku,
dan daku adalah hambaMu, dalam ikatan perjanjian dengan Mu.
Dan daku berlindung kepada Mu dari kejahatan diriku.
Dan daku akui nikmat Mu ke atas ku.
Dan daku akui dosa-dosaku pada Mu, dan memohon ampun pada Mu.
Tidak ada yang dapat mengampuni (dosa-dosa) ku melainkan Engkau
Rasulullah saw telah bersabda: "Barangsiapa yang membaca istighfar ini dengan penuh yakin pada siang hari dan mati sebelum malam, dia adalah ahli jannah. Dan siapa membaca dengan penuh yakin pada malam hari dan mati sebelum siang, juga adalah ahli jannah"
B.AYAT KURSI
Dari Abu Umamah, tentang
keutamaan membacanya setelah shalat fardu, dia berkata, Rasulullah sallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang membaca ayat kursi setiap
setelah selesai fardhu, tidak ada yang dapat menghalanginya masuk surga kecuali
dia meninggal dunia.”
(Diriwayatkan oleh Nasai di
kitab Al-Yaum Wal Lailah dari Hasan bin Basyar. Diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dalam shahihnya dari hadits Muhammad bin Humair beliau dari Himsi, dia
termasuk perawi Bukhari juga. Sanadnya sesuai syarat Bukhari)
C. DOA PERLINDUNGAN DARI API NERAKA
http://1.bp.blogspot.com |
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
”Siapa yang meminta surga 3
kali, maka surga akan berkata: ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan
siapa yang memohon perlindungan dari neraka 3 kali, maka neraka akan berkata:
’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.” (HR. Ahmad 12585, Nasai 5521,
Turmudzi 2572 dan yang lainnya. Hadis ini dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth
dan dinilai shahih oleh al-Albani).
Jika kita perhatikan, hadis
di atas bersifat umum, artinya,
- Tidak ada teks doa khusus, sehingga anda bisa meminta surga dengan kalimat permohonan surga apapun. Bisa juga dengan bahasa yang kita pahami: Ya Allah, aku memohon surga, atau Ya Allah, lindungilah aku dari neraka.
- Tidak ada batasan waktu dan tempat, sehingga kita bisa membacanya kapanpun dan dimanapun.
- Disebutkan batasan angka, yaitu 3 kali. Artinya untuk mendapatkan keutamaan itu, kita baca minimal sebanyak 3 kali, dan maksimal tanpa hitungan.
Lalu perhatikan hadits
berikut:
”Apabila kamu selesai
shalat subuh, becalah doa berikut sebelum kamu berbicara dengan orang lain:
’Allahumma aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika pada hari itu kamu mati maka Allah
akan menetapkan bahwa kamu jauh dari neraka. Jika kamu selesai shalat maghrib,
ucapkanlah doa ini sebelum kamu berbicara dengan orang lain: ’Allahumma
aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika malam itu kamu mati, maka Allah tetapkan
bahwa kamu jauh dari neraka.”
Hadis ini diriwayatkan Imam
Ahmad dalam musnadnya no. 18054, Abu Daud no. 5079, dan Ibn Hibban 5/367, dari
jalur al-Harits bin Muslim, dari bapaknya Muslim bin harits at-Tamimi secara
marfu’.
Syaikh Syuaib al-Arnauth
mengatakan,
Sanad hadis ini dhaif,
Muslim bin Harits dinilai majhul (perawi tak dikenal) oleh ad-Daruquthni,
sementara penilaian dia sebagai tsiqah (perawi terpercaya) tidak dianggap dari
selain Ibnu hibban. Ulama berbeda pendapat tentang namanya dan nama bapaknya.
(Ta’liq Musnad Ahmad, 29/593).
Hadis ini juga dinilai
lemah dalam kitab as-Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah (kumpulan hadis dhaif), no.
1624.
Wallahu a'lam