Saudaraku –yang semoga
dirahmati Allah-, berdo’a merupakan suatu amal ibadah yang agung.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Do’a
adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah).
Ketika kita berdo’a tentu kita berharap agar do’a kita dikabulkan oleh Allah
Ta’ala. Tidak ada diantara kita yang berdo’a tetapi dia ingin do’anya tidak
terkabul. Akan tetapi tidak semua do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba
lantas dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Bahkan terkadang ada orang yang berdo’a
dengan do’a yang dilarang oleh syariat. Ya, ia ingin beribadah, tetapi malah
terjatuh kedalam perkara yang haram.
Marilah kita
perhatikan hadits berikut ini,
Abu Hurairah radhiyallah
‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, “Janganlah salah seorang diantara kamu berdoa, ‘Ya
Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki’ atau berdoa, ‘Ya Allah,
limpahkanlah rahmatMu kepadaku jika Engkau menghendaki’, tetapi hendaklah ia
berkeinginan kuat dalam permohonan itu, karena sesungguhnya Allah tiada
sesuatupun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Allah Subhanahu wa
Ta’ala tentu tidak bisa disamakan dengan makhluk. Seseorang akan mengabulkan
permintaan orang lain karena sebab-sebab tertentu. Boleh jadi karena ia
memiliki kepentingan dengan si peminta, atau karena ia takut kepadanya atau
karena punya harapan dengannya, lalu orang itu memberi apa yang diminta dengan
terpaksa. Lain halnya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia Maha Suci, tidak
mungkin bagi-Nya hal seperti itu karena kesempurnaan sifat tidak butuh-Nya
terhadap makhluk, kesempurnaan kedermawanan dan kemuliaan-Nya, pemberian-Nya
tiada habis-habisnya, Dia sama sekali tidak butuh kepada makhluk, bahkan
makhluk-lah yang butuh kepada-Nya dengan kebutuhan yang tidak putus sekejap
matapun.
Diriwayatkan dalam
sebuah hadits “Tangan kanan Allah penuh, tidak akan membuatnya
berkurang sebuah nafkahpun, terbuka siang dan malam. Tahukah kalian apa yang
telah diinfakkan semenjak penciptaan langit dan bumi? Itu semua tidak
mengurangi apa yang ada di tangannya. Dan pada tangan yang lain ada neraca
keadilan, Allah merendahkannya dan mengangkatnya.” (HR. Bukhari -diberbagai
tempat dalam Al Jami’-, dan Muslim dari Abu Hurairah). Allah Ta’ala memberi
karena hikmah dan menahan karena hikmah, dan Dia adalah Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui. Maka seharusnya bagi orang yang meminta kepada Allah,
hendaklah ia berkeinginan kuat dalam permohonannya karena sesungguhnya Allah
tidak memberikan sesuatu kepada hamba-Nya dalam keadaan terpaksa ataupun
menganggap besar permintaan itu.
Allah memiliki sifat
kedermawanan, kedermawanan yang terus menerus dan tiada pernah henti. Bahkan
Allah memberi karunia kepada hamba-Nya sebelum hamba tersebut meminta. Marilah
kita perhatikan penciptaan manusia, sejak air mani diletakkan di dalam rahim,
nikmat-nikmat-Nya didalam perut ibunya terus mengalir, Dia mengurusnya dengan
sebaik-baiknya. Jika ibunya telah melahirkannya, Dia menjadikan orang tuanya
merasa menyayangi dan mengurusnya dengan nikmat-nikmat-Nya sehingga anak itu
tumbuh menjadi besar dan dewasa.
Ia selalu berada dalam
nikmat-nikmat Allah sepanjang hidupnya. Jika hidupnya selalu dalam keimanan dan
ketakwaan, maka bertambahlah nikmat-nikmat Allah kepadanya. Apabila ia
meninggal, maka ia memperoleh kenikmatan yang berlipat ganda daripada
kenikmatan yang ia peroleh ketika di dunia. Ia memperoleh kenikmatan yang hanya
Allah yang bisa menghitungnya, nikmat yang Allah persiapkan khusus bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.
Semua kenikmatan yang
diperoleh seorang hamba didunia ini pada hakekatnya adalah karunia dari Allah
Ta’ala. Meskipun sebagian kenikmatan tersebut ia peroleh melalui perantaaran
orang lain, tapi ketahuilah bahwa nikmat tersebut tidak akan pernah sampai
kepadanya kecuali dengan izin, kehendak dan kebaikan dari Allah Ta’ala. Dengan
demikian, Allah-lah yang berhak dipuji atas segala nikmat tersebut. Dialah yang
menghendakinya dan menentukannya serta mengalirkannya dengan kebaikan,
kedermawanan dan karunia-Nya. Hanya milik-Nya segala nikmat, karunia dan
sanjungan yang baik.
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan apa saja nikmat
yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu minta pertolongan.” (Qs. An-Nahl (16) : 53)
Terkadang Allah Ta’ala
menahan pemberian kepada hamba-Nya jika ia memohon kepada-Nya, karena adanya
suatu hikmah dan pengetahuan-Nya tentang yang terbaik bagi hamba-Nya, dan
terkadang dia mengakhirkan apa yang diminta hamba-Nya untuk waktu yang telah
ditentukan atau untuk memberinya dengan pemberian yang lebih banyak. Maha Suci
Allah Tuhan Semesta Alam.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada
Allah dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan
silautarahmi, melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga
kemungkinan ; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atau dia akan menyimpan
baginya di akhiat kelak,atau dia akan menghindarkan darinya keburukan yang
semisalnya.” Maka para sahabat pun berkata,” Kalau begitu kita
memperbanyaknya.” Beliau bersabda, “Allah lebih banyak lagi (
memberikan pahala).” (HR. Ahmad III/8, al-Bukhari dalam al-Adabul
Mufrad,dan lainnya. LihatDoa dan Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir
Menurut al-Qur-an dan as-Sunnah hal 37-38, karya Yazid bin Abdul Qadir
Jawas)
Hendaknya kita
membesarkan harapan kita kepada Allah ketika berdo’a, karena sesungguhnya Allah
memberi permintaan yang besar karena kedermawanan, karunia dan kebaikan. Allah
Ta’ala tidak merasa diberatkan dengan apa yang Dia berikan, maksudnya tidak ada
sesuatu yang berat bagi-Nya walaupun terasa berat bagi makhluk. Karena orang
yang meminta kepada makhluk, ia tidak memintanya kecuali sesuatu yang mudah
baginya untuk dikabulkan. Lain halnya dengan Rabb Semesta Alam, sesungguhnya
pemberian-Nya terwujud sesuai dengan Firman-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam
firman-Nya, “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya,”Jadilah!” maka jadilah ia.” (Qs. Yaasiin: 82).
Sumber: https://muslimah.or.id/743-doa-dengan-lafazh-ya-allah-ampunilah-aku-jika-engkau-menghendaki.html