Kalau kita melihat beberapa dzikir punya keutamaan yang
besar. Ada dzikir yang manfaatnya bisa melindungi kita dari berbagai gangguan,
penyakit, dan mendapatkan manfaat ukhrowi, juga duniawi. Namun kenapa kita
biasa merutinkan misalkan dzikir pagi petang, namun tak juga berpengaruh pada
diri kita? Apa ada yang salah dari dzikir tersebut?
Ada keterangan dari guru penulis, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz
bin Marzuq Ath Thorifi hafizhahullah berikut ini.
Ada pertanyaan: Apa sebab seorang muslim bisa terkena
berbagai musibah padahal ia telah merutinkan berbagai macam dzikir? Ia sudah
merutinkan dzikir namun tetap saja ia terkena suatu musibah atau terkena
sesuatu yang ia tidak sukai.
Jawab Syaikh Ath Thorifi, “Dzikir punya keutamaan
(fadhilah) beragam. Bahkan sampai-sampai Al Hafizh Ibnul Qayyim menyebutkan
sampai 64 keutamaan berdzikir dalam kitabnya Al Wabilush
Shoyyib.
Namun faedah atau keutamaan dzikir tersebut ada yang
mendapatkannya, ada pula yang tidak mendapatkannya. Ini semua tergantung
bagaimanakah cara ia membaca dzikir tersebut dan tergantung pada penghadiran
hatinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bacaan sayyidul
istighfar menyatakan, “Siapa yang membacanya dalam keadaan meyakininya …”
Berarti yang membaca tidak dengan penuh keyakinan, hanya
di lisan saja, atau tak memahami maknanya, maka ia tidak mungkin mendapatkan
seluruh faedah dari dzikir yang telah disebutkan. Karenanya, siapa yang
berdzikir dengan cara yang benar dan ia berdzikir secara lahir dan batin, maka
ia pasti akan mendapatkan apa yang dijanjikan.” (Adzkarush Shobaah wal Masaa’
Riwayatan wa Dirayatan, hal. 108)
Yang dimaksud keutamaan bacaan sayyidul istighfar adalah
dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
mengucapkan dzikir sayyidul istighfar di siang hari dalam keadaan penuh
keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia
termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam
keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum shubuh, maka ia termasuk penghuni
surga.” (HR. Bukhari no. 6306).
Jika dalam dzikir demikian adanya, maka dalam do’a pun
demikian. Do’a yang dikabulkan hanyalah dari hati yang tidak lalai. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Berdo’alah pada
Allah sedangkan kalian dalam keadaan yakin terkabul. Ketahuilah bahwasanya
Allah tidaklah mengabulkan do’a dari hati yang lalai dan bersenda gurau.” (HR.
Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
http://rumaysho.com