Al-Hamdulillah, segala puji
milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan sala atas Rasulillah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Dari Abu Barzah Al-Aslami,
beliau berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat
hendak berdiri (meninggalkan) majelis berdoa:
"Mahasuci Engkau Ya
Allah dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi)
kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu." Lalu ada
seseorang yang berkata: Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan satu perkataan
yang tidak engkau ucapkan sebelumnya? Beliau menjawab, "Sebagai kafarah
(penghapus) terhadap apa yang terjadi di majelis"." (HR. Abu Dawud,
Al-Tirmidzi, Ahmad, dan selainnya)
Hadits di atas memberikan
pengajaran agar menutup majelis dengan membaca doa di atas. Faidahnya, sebagai
penghapus dosa dan kesalahan yang terjadi dalam majelis dari guyonan,
kegaduhan, tidak perhatian terhadap penyampaian, kurang memuliakan orang lain, dan
tidak terjaganya adab-adab majelis lainnya. Hal ini dikuatkan dalam hadits
lain,
"Siapa yang duduk di satu majelis dan ia banyak melakukan kekeliruan
di dalamnya lalu ia berdoa sebelum berdiri dari majelisnya itu,
"Mahasuci Engkau Ya
Allah dan segala puji bagi-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi)
kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu." Kecuali akan
diampuni kekeliruannya di dalam majelisnya tersebut." (HR. Al-Tirmidzi,
Ahmad, dan selainnya. Imam al-Tirmidzi berkata: ini hadits hasan shahih.
Al-Albani menshahihkannya)
Waktu membacanya adalah
sebelum berdiri dari majelis ketika selesai acara di majelis tersebut. Baik majelis
tersebut adalah majelis ilmu, rapat, pertemuan untuk ngobrol, dan selainnya.
Maka disunnahkan bagi orang yang akan berdiri meninggalkan mejelis tersebut
untuk membaca doa ini. Ini merupakan kebiasaan yang sangat baik karena akan
bisa menghapuskan perkataan dan perbuatan laghwun (tak berguna) dan kekeliruan
selama dalam majelis tersebut.
Membacanya Bersama-sama,
Beginikah Sunnahnya
Sering kami temui di suatu
acara, rais jalsah (pembawa acara) mengajak menutup acara dengan membaca
kafaratul majelis bersama-sama dengan suara keras. Apakah membaca dengan cara
seperti ini yang paling tepat?
Dilihat dari keterangan
hadits pertama bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca
doa kafaratus majelis dengan suara yang didengar oleh orang lain. Sehingga para
sahabat yang ada disekitarnya mendengar bacaan beliau tersebut yang belum
pernah di dengar sebelumnya.
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam juga tidak mengajak bersama-sama membacanya. Tapi beliau
membaca sendiri dengan memperdengarkannya. Sehingga para sahabat mengetahui
bacaan beliau tersebut. Kemudian mereka bertanya tentangnya, dan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menjelaskan bacaannya tersebut dan faidahnya.
Ringkasnya, tidak ada
tuntunan untuk serentak dan bersama-sama membaca doa kafartul majelis sebagai
penutup suatu acara. Doa ini dibaca sendiri-sendiri, bisa dikerjakan dengan sirr (pelan)
atau diperdengarkan kepada yang lain. Namun jika ada seseorang menyampaikan
penutup majelis dengan membaca doa ini secara keras dengan niat untuk
mengingatkan orang-orang yang lupa dan mengajari orang jahil sehingga ia bisa
mengikutinya, maka tak mengapa. Bahkan iaa akan mendapatkan pahala orang yang
memulai suatu aktifitas yang baik. Artinya ia mendapatkan tambahan pahala dari
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala orang tersebut.
Jika khawatir akan timbul
riya' (pamer dan ingin dipuji karenanya) dalam hatinya karena mengeraskan
ajakan dan bacaan kafaratus majelis maka lebih baik ia membaca dengan sirr (pelan).
Karena tidak diragukan lagi, menutupi amal shalih sangat disuka oleh syariat
selama tidak ada mashlahat yang lebih untuk menampakkannya. Sebab,
menyembunyikan amal shalih lebih bisa menjaga keikhlasan dan jauh dari ujub dan
riya'.
Allah Subhanahu wa
Ta'ala memerintahkan,
"Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan rendah hati dan sembunyi." (QS. Al-A'raf: 55)
Menampakkan amal menjadi
terpuji jika benar-benar bisa merealisasikan mashlahat yang lebih banyak
seperti seseorang yang mengerjakan kebaikan akan diikuti kebaikannya tersebut
oleh orang lain jika ia menampakkan amalnya tersebut atau karena untuk
menghidupkan sunnah.
Ibnu Hajar menjelaskan
tentang hadits "Siapa yang berbuat riya' maka Allah akan membalasnya
dengan riya'juga,": di dalam hadits ini terdapat anjuran menyembunyikan
amal shalih. Tapi terkadang dianjurkan menampakkannya oleh orang yang jadi
teladan dengan niatan agar diikuti dan dikerjakan sesuai dengan kebutuhan. Ibnu
Abdis Salam berkata: Dikecualikan dari anjuran menyembunyikan amal shalih orang
yang menampakkannya agar diikuti atau diambil manfaatnya seperti menuliskan
ilmu. ." (Fathul Baari, Bab: Riya' wa al-Sum'ah: 18/338 –dari Maktabah
Syamilah-)
Penutup
Ringkasnya, doa kafaratus
Majelis adalah salah satu anugerah Allah atas umat ini untuk menghapuskan
kesalahan dan dosa kecil yang diperbuat di majelisnya. Sementara dosa besar
haruslah dengan taubat yang benar. Dibacanya secara sendiri-sendiri, boleh
dengan suara sir (lirih) atau keras saat akan bangkit untuk
meninggalkan majelis. Membaca dengan suarat keras harus diikuti niatan untuk
menghidupkan sunnah dan supaya diikuti oleh orang lain; untuk mengingatkan
orang yang lupa atau mengajari yang belum tahu. Wallahu Ta'ala A'lam.
Oleh: Badrul Tamam